Unsur intrinsik adalah unsur dalam yang membentuk penciptaan karya sastra. Unsur ini berupa tema, amanat, latar, alur, penokohan, titik pengisahan, dan gaya. Ketujuh unsur yang terdapat dalam cerpen Wangi itu sebagai berikut:
Tema
Pengarang
yang sedang menulis cerita pasti akan menuangkan gagasannya. Tanpa gagasan
pasti dia tidak bisa menulis cerita. Gagasan yang mendasari cerita yang
dibuatnya itulah yang disebut tema dan gagasan seperti ini selalu berupa pokok
bahasan.
Tema
atau pokok persoalan cerpen wangi adalah percintaan Si aku kepada Mas Joni
lengkapnya Marjoni Harjoprawiro. Gambaran ini terletak pada halaman 3 berikut
ini.
“Memang
indah rumah tangga yang tak terbagi. Pernah aku ingat kata-kata seorang penyair
ternama bahwa lelaki yang membagi cinta seperti
sungai bercabang dua. Akan tetapi wanita yang membagi cinta? Seperti sungai
tanpa muara?”
“Mengerikan
sekali sungai tanpa muara. Yang ada adalah banjir dimana-mana, yang ada adalah
kesusahan dan derita, karena terus melanda mencari tempat mengalir.”
Amanat
Di
dalam sebuah cerita, gagasan atau pokok persoalan dituangkan sedemikian rupa
oleh pengarangnya sehingga gagasan itu mendasari seluuh cerita. Gagasan yang
mendasari seluruh cerita ini dipertegas oleh pengarangnya melalui solusi bagi
pokok persoalan itu. Dengan kata lain solusi yang dimunculkan pengaranngnya itu
dimaksudkan untuk memecahkan pokok persoalan, yang didalamnya akan terlibat
pandangan hidup dan cita-cita pengarang. Hal inilah yang dimaksudkan dengan
amanat. Dengan demikian, amanat merupakan keinginan pengarang untuk
menyampaikan pesan atau nasihat kepada pembacanya.
Jadi
amanat pokok yang terdapat dalam cerpen wangi adalah: jangan cepat mengambil
kesimpulan kepada yang yang kita sayangi, cintai bahkan diagung-agungkan.
“Sebagai bukti dan kesetiaan sorang suami dan sebagai tanggung jawab seorang
kepala rumah tangga Mas Joni rela memberikan uang, harta benda, perusahaan,
nama harum, status sosial, dan segala bernama kebaikan.”
Latar
Dalam suatu cerita latar dibentuk
melalui segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu,
ruang, dan suasana terjadinya suatu peristiwa. Latar ini ada tiga macam, yaitu:
latar tempat; latar waktu; dan latar sosial.
Latar Tempat
Latar jenis ini biasa disebut latar
fisik. Latar ini dapat berupa daerah, bangunan, mobil, taman, gereja dan
sejenisnya. Latar tempat yang ada dalam cerpen ini jelas disebutkan oleh
pengarangnya, seperti kota, rumah, pemakaman dan sebagainya :
“Manusia bersedih karena dirinya sendiri.
Kekasih kita yang telah tiada, karena memang datang dari Tiada yang Maha Ada.
Ia sudah senang, daan tah butuhkan air mata kita.”
“Sesaat aku masih memandang makam
bertanah merah, dan aku seakan dipeluk Mas Joni. Seakan aku digandeng saat hari
pengantin.”
Latar Waktu
Latar jenis ini, yang terdapat dalam
cerpen ini ada yang bersamaan dengan latar tempat, seperti yang sudah
dipaparkan di atas pada latar tempat atau contoh yang lainnya seperti berikut :
“kemarin, ya, benar. Kemarin pagi.
Mas Joni tepat berulang tahun keempat puluh tahun, dan pagi-pagi sekali kami berdua
lari, sebagaimana biasa olahraga yang ringan saja. Tak lebih setengah jam. Kami
berlari mengelilingi taman, beberapa kali, dan kami duduk, setelah terasa
lelah.”
Latar Sosial
Di dalam latar ini umumnya
menggambarkan keadaan masyarakat, kelompok-kelompok sosial dan sikapnya,
kebiasaannya, cara hidup, dan bahasa. Di dalam cerpen ini latar sosial
digambarkan sebagai berikut :
“Rasanya aku tak naik kereta, dan
aku memiliki beberapa mobil sehingga aku lupa rasanya naik bus kota.”
“Atau akau tertabrak di dalam mercy-ku sendiri ?”
“tidak !”
“seingatku, aku tak pernah jalan sendirian.
Kalau tak bersama Mas Joni, aku selalu diantar sopir.”
Alur
Alur
menurut Suminto A. Sayuti (2000:31) diartikan sebagai peristiwa-peristiwa yang
diceritakan dengan panjang lebar dalam suatu rangkaian tertentu dan berdasarkan
hubungan-hubungan itu memiliki struktur. Didalam cerpen ini terdapat penggalan
cerpen seperti berikut.
“Ingat
aku akan pakaian pengantin yang membebat tubuhku, yang membuatku tampak jelita.
Kata orang, saat aku menjadi ratu sehari, sungguh aku bagaikan bidadari. Ingat aku
akan Mas Joni, mataku sediri melihat ia memang sungguh seorang suami yang tak
mungkin dikhianati. Tampangya sungguh tak tertandingi oleh lelaki lain, mata
hatiku menangkap segala yang tersimpan didalam dadanya. Selop pengantin yang
dipakainya, baju, kuluk, dan untaian bungan melati, sungguh memang ia seorang
lalaki. Ia bagaikan pangeran yang datang dari negeri kahyangan, turun ke bumi,
menjadikan aku permaisuri, dan menyerahkan kebahagiaan tak tertara di dalam
kehidupan rumah tangga.”
“Aroma
bunga melati itu menyeruak lagi. Tak lupa kau akan haruman melati, seakan aku
dituntun pada masa silam di hari pengantin, saat aku bersanding dengan Mas Joni.
Lama sudah waktu berlalu, lima belas tahun yang lalu, akan kenangan tentang
kebaikan dan keharuman itu tak pernah terhapuskan. Wanginya cinta, dan harumnya
kasih, mekar di altar hingga ke tenggah rumah, ke tengah keluarga, bersama
anak-anak tercinta. Keharuman mewangian di dalam seluruh hidupku, sebagai
istri, sebagai ibu, sebagai nyonya rumah tangga, sebagai kekasih Mas Joni.”
Penokohan
Yang dimaksud dengan penokohan yakni
bagaimana pengarang menampilkan perilaku tokoh-tokohnya berikut wataknya. Karrie
Layun Rampan menampilkan tokoh-tokohnya sebagai berikut.
Tokoh Aku
Tokoh ini begitu berperan dalam
cerpen ini. Merasa tidak ada lelaki lain yang berusaha merbut kasih sayangnya.
Si aku juga ingin tidak ada seorang wanita lain yang harus dibagikan kasih
sayang oleh Mas Joni.
Tokoh Supir
Tokoh ini merupakan salah satu yang
ada dalam cerpen bisa dilihat dari penggalan cerpen berikut ini.
“Semua supir yang ada baik semuanya,
bahkan sangat terhormat, dan punya moral dan etika yang cukup tinggi. Mereka sangat
taat beribadah, seperti Mas Joni tak pernah alpa ke gereja!.”
Tokoh Joni
Tokoh
ini sangat istimewa. Tidak banyak dimunculkan tetapi sangat menentukan
keberlangsungan cerita ini. Secara jelas tokoh ini diagung-agungkan oleh
istrinya sebagai orang yang baik, setia,
tanggung jawab. Tetapi di akhir cerita Mas Joni meninggal dan meninggalkan beberapa wanita yang juga
menangisi kepergiannya.
Titik
Pengisahan
Yang
dimaksud dengan titik pengisahan yaitu kedudukan/posisi pengarang dalam cerita
tersebut. Maksudnya apakah, pengarang ikut terlibat langsung dalam cerita iu
atau hanya sebagai pengamat yang berdiri di luar cerita.
Didalam
cerpen wangi sepertinya karrie Layun Rampan memposisikan dirinya dalam cerita
ini sebagi tokoh utama atau akuan sertaan sebab secara langsung pengarang terlibat
di dalam cerita dan ini terasa pada bagian awal cerita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar